Menguak Keberkahan dan Misteri Makam Syeikh Jumadil Kubro di Kaligawe Terboyo Semarang
Semarang, BUSERMEDIAINVESTIGASI.COM-Salah satu makam yang dipercaya bersemayam Syekh Jumadil Kubro berada di Terboyo, Semarang. Makam itu kini terlihat megah dan mulai ramai peziarah.
Makam tersebut berada di Jalan Yos Sudarso atau juga dikenal sebagai Jalan Pantura Semaran-Demak, wilayah Kelurahan Terboyo Kulon, Semarang. Lokasinya tak jauh dari Gerbang Tol Kaligawe.
Terlepas Makam ini Asli atau tidaknya Penulis masih akan terus menginvestigasi Mencari sumber yang dapat dipercaya.
Dari sudut pandang sisi manfaat buat lingkungan memang sekarang ini banyak memberi keberkahan
Semoga niat baik peziarah yang datang berdoa semoga di ijabah Allah Swt.
Saat ini, Makam Syekh Jumadil Kubro menjadi satu kompleks dengan area masjid. Makam itu berada di area bawah Masjid Jami Syekh Jumadil Kubro.
Peziarah yang masuk bisa langsung menuju makam hanya dengan mengisi buku tamu. Tak ada tarif masuk yang dipatok. Biaya parkir juga bisa dibilang sama dengan biaya parkir umumnya di Kota Semarang.
Juru kunci makam tersebut, Afwan menceritakan bahwa dulu makam itu hanya sebuah gundukan tanah yang dipagari dan diberi atap. Lokasinya juga berada di area pertambakan.
Masyarakat yang ingin berkunjung harus berjalan di jalan setapak yang terbuat dari kayu. Pria berusia 59 tahun itu menyebut sejak dirinya kecil, makam itu sudah rutin didatangi peziarah.
"Dulu itu di sini sebelum ada tol ini di tengah-tengah tambak yang di dudukin ini dulu tambak, termasuk tambak bondo deso jadi makamnya di tengah-tengah," katanya saat di temui di lokasi makam, Selasa (13/8/2024).
Afwan sendiri menjadi juru kunci makam tersebut sejak tahun 2004. Dia menyebut banyak masyarakat mulai mengenal makam itu sejak haul Syekh Jumadil Kubro tahun 2005 yang diselenggarakan besar-besaran di sana dan mengundang Habib Luthfi dari Pekalongan.
"Habib Luthfi memang diminta membuka sejarah beliau, karena beliau tahu sejarah akhirnya beliau menceritakan bahwa Syekh Jumadil Qubro ini kakeknya para Walisongo. Itu dari saya kecil sudah diadakan haul," jelasnya.
Penampakan makam Syekh Jumadil Kubro di Terboyo, Semarang, Selasa (13/8/2024). Foto: Aa' Buser Media Investigasi
Seiring berjalannya waktu, mulai ramai peziarah yang berkunjung hingga yayasan pengurus makam tersebut bertekad mendirikan masjid di sana agar lebih layak. Akhirnya, tahun 2009 mulai secara bertahap dilakukan pembangunan dan hingga akhirnya diresmikan pada tahun 2014.
"2009 masih pembangunan dari awal terus bantuan Rp 500 juta untuk lantai bawah dan lantai 2, terus uang kotak kita kumpulkan akhirnya sudah menjadi masjid dan 2014 mulai kita resmikan," katanya.
Sejak itu, dia menilai peziarah di makam Syekh Jumadil Kubro semakin ramai. Waktu-waktu paling ramai biasanya ada di bulan Rajab dan bulan Ruwah.
Menurutnya, tahun 2023 kemarin merupakan tahun terbanyak makam tersebut diziarahi masyarakat. Dia menilai hal itu karena sebelumnya adalah masa pandemi COVID-19.
"Setelah Covid itu bahkan sampai istilahnya pecah gitu ramai sekali, setelah Covid itu bulan Rajab tahun kemarin itu penuh, peningkatannya banyak," jelasnya.
Bukan Makam Satu-satunya
Syekh Jumadil Kubro sendiri memang dikenal sebagai penyebar awal agama Islam di Jawa. Nama aslinya ialah Syekh Jamaluddin Al Husain Al Akbar alias Sayyid Hussein Jumadil Kubro.
Dia datang ke Indonesia pada awal abad ke-14 pada saat akhir masa kerajaan Majapahit. Syekh Jumadil Kubro merupakan cucu dari Sunan Ampel hingga akhirnya disebut sebagai bapak para wali.
Tak hanya di Terboyo, Semarang, beberapa tempat lain juga diyakini merupakan makam Syekh Jumadil Kubro. Di antaranya adalah puncak bukit Turgo, Sleman; di pemakaman Troloyo, Kecamatan Trowulan, Mojokerto; dan di Wajo, Sulawesi Selatan.
Makam Syekh Jumadil Kubro yang paling dikenal memang yang berada di Troloyo. Namun, Afwan yakin bahwa makam yang berada di Terboyo merupakan makam asli.
"Makam ini sudah ditemukan Mbah-Mbah dulu sejak sebelum kemerdekaan," katanya.
Dia juga menyebut Syekh Jumadil Kubro memang sempat berdakwah di Semarang. Syekh Jumadil Kubro disebut sempat menelusuri pesisir utara hingga sampai ke Semarang.
"Jadi setelah beliau berdakwah di Majapahit kemudian menyusuri pesisir hingga ke Semarang," kelasnya.
Di Semarang, makam itu memiliki panjang lebih dari 2 meter. Batu nisan dan sisi-sisi makam itu terbuat dari kayu berwarna coklat mengkilap, seperti memperlihatkan bahwa makam itu kerap dibersihkan.
Area luar makam juga dikelilingi oleh teralis besi. Dalamnya nampak bersih dan wangi bunga melati.
Sejumlah lampu gantung di atasnya menambah suasana megah pada makam tersebut.