Anggaran Ratusan Miliar Dishub Tangerang Dipertanyakan, Laporan Manis vs Realita Buram!
Smallest Font
Largest Font
TANGERANG – BUSERMEDIAINVESTIGASI.ID
Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Tangerang kini menjadi sorotan tajam dari aktivis dan masyarakat. Di tengah kucuran anggaran fantastis sebesar Rp230.865.585.863 yang dialokasikan untuk Rencana Strategis (Renstra) 2024-2026, berbagai keluhan mendasar terkait pelayanan transportasi kota masih belum terselesaikan.Kontradiksi ini menimbulkan pertanyaan besar mengenai efektivitas dan prioritas penggunaan dana publik. Masyarakat mengeluhkan padamnya Lampu Penerangan Jalan Umum (PJU) di sejumlah ruas jalan utama, seperti Jalan Baru Pinang Kunciran, Jalan Benteng Betawi, dan area di depan Kantor Kelurahan Kunciran Indah.
Kondisi ini tidak hanya mengganggu kenyamanan, tetapi juga meningkatkan risiko kecelakaan dan kriminalitas, menciptakan kesan bahwa kebutuhan dasar publik diabaikan.
Selain itu, masalah kemacetan yang menjadi fokus utama dalam laporan kinerja Dishub, masih menjadi momok bagi warga. Meskipun laporan menyebutkan peningkatan kecepatan rata-rata perjalanan menjadi 26,02 Km/Jam, realitas di lapangan menunjukkan titik-titik kemacetan parah yang tak teruraikan, seperti di Jalan M. Toha dan sekitar pintu kereta Stasiun Poris.
Lebih lanjut, maraknya parkir liar di bahu jalan di beberapa titik Kota Tangerang semakin memperparah kondisi lalu lintas. Laporan Dishub memang mencatat realisasi anggaran Rp59.855.638.052 untuk penanganan kemacetan, namun tidak merinci lokasi spesifik yang telah ditangani, sehingga sulit untuk memverifikasi klaim tersebut.
Jurnal Kinerja vs Realitas di Lapangan
Dalam laporan resminya, Dinas Perhubungan mengklaim telah mencapai target utama dalam meningkatkan kualitas pelayanan transportasi. Laporan tersebut mencatat penyerapan anggaran pada tahun 2024 mencapai 94,34%, atau sebesar Rp160.118.225.558.
Namun, beberapa capaian yang diklaim dalam laporan perlu diperhatikan lebih seksama:
Peningkatan Angkutan Umum: Laporan menyebutkan jumlah penumpang angkutan umum sistem transit mencapai 1.147.829 orang, melampaui target 505.796 orang. Inovasi seperti peningkatan sistem pembayaran dan pengembangan Bus Rapid Transit (BRT Tayo) serta Si Benteng memang patut diapresiasi.
Namun, laporan tersebut tidak menjelaskan secara rinci sejauh mana layanan ini mampu mengurangi beban transportasi secara menyeluruh, terutama bagi masyarakat yang tidak terjangkau oleh rute-rute tersebut.
Keselamatan Transportasi: Laporan mencatat 100% target pencapaian untuk 20 ruas jalan berkeselamatan. Begitu juga dengan pengujian kendaraan bermotor yang melebihi target dengan 60.997 unit kendaraan yang diuji.
Meskipun angka-angka ini impresif, keluhan masyarakat tentang minimnya PJU dan kondisi jalan yang tidak memadai menimbulkan pertanyaan tentang korelasi antara klaim keselamatan dan kondisi riil di lapangan.
Kontradiksi antara data laporan yang positif dan keluhan masyarakat yang terus berdatangan menunjukkan adanya gap antara perencanaan strategis dan implementasi di lapangan.
Kecaman Gus Aulia: Anggaran Bukan Ajang Pencitraan!
Ketua Presidium DPP Persatuan Wartawan Duta Pena Indonesia (PWDPI), Gus Aulia, SE., MM., SH, menyoroti keras lemahnya kinerja Dishub Kota Tangerang.
“Jangan hanya bangga dengan angka-angka serapan anggaran yang tinggi, tapi realitas di lapangan justru menyedihkan. Anggaran ratusan miliar itu harus benar-benar menyentuh kebutuhan dasar masyarakat, bukan sekadar ajang pencitraan melalui laporan yang manis,” tegasnya.
Ia menambahkan, jika Dishub Kota Tangerang tidak segera melakukan evaluasi menyeluruh dan terbuka, publik bisa menilai ada indikasi pemborosan bahkan potensi penyalahgunaan anggaran. “Ini bukan sekadar soal transportasi, tapi soal tanggung jawab moral dan integritas pejabat publik kepada rakyat,” pungkas Gus Aulia.
Hingga berita ini dimuat, Kepala Dinas Perhubungan Kota Tangerang, Achmad Suhaely, memilih bungkam dan tidak merespon konfirmasi yang dikirimkan wartawan, Selasa (26/08/2025). Ica-Tangerang.